BERITAKALTIM.CO — Wakil Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim), Seno Aji, meninjau langsung lokasi bencana tanah longsor di kawasan Belimau, Kelurahan Lempake, Kota Samarinda, Rabu, (14/5/2025).
Dalam kunjungan itu, Seno Aji menyampaikan komitmen pemerintah provinsi dalam mengupayakan mitigasi jangka panjang untuk permukiman warga yang berada di daerah rawan longsor.
“Kalau kita lihat dari aspek morfologi tanah, memang daerah ini tidak layak huni, Nah, ini juga perlu kita mitigasi bencana oleh ahli geologi. Langkah-langkah strategis sedang kita siapkan,” ujarnya.
Bencana longsor yang terjadi pada Senin dini hari, 12 Mei lalu, menelan korban jiwa. Lima kepala keluarga terdampak, dengan satu keluarga beranggotakan empat orang meninggal dunia dan dua orang lainnya mengalami luka-luka.
Suasana duka masih terasa di lokasi kejadian, di mana material longsor masih menutup sebagian jalan dan sisa reruntuhan rumah belum seluruhnya dibersihkan.
Sebagai tindak lanjut, Pemprov Kaltim menggandeng Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Kaltim bersama Badan Riset dan Inovasi Daerah (Brida) untuk melakukan kajian geologis menyeluruh. Kajian ini nantinya akan menjadi dasar rekomendasi bagi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kaltim dalam menentukan zona rawan dan relokasi warga.
“Rekomendasi dari kajian ini akan kita serahkan ke BPBD. Target kita jelas, jangan sampai ada warga yang tinggal lagi di daerah rawan longsor seperti ini,” ujar Seno Aji.
Ia juga menambahkan bahwa langkah-langkah preventif semacam ini harus menjadi sistem yang terintegrasi dalam penataan ruang daerah.
Pemerintah Provinsi Kaltim juga menyalurkan bantuan logistik bagi korban, berupa beras, sembako, dan uang tunai. Selain itu, keluarga korban meninggal dunia mendapat santunan Rp5 juta dari pemerintah daerah, serta santunan dari BPJS sebesar Rp40 juta per korban.
“Kami juga siap membantu pembangunan rumah layak huni bagi korban yang memiliki lahan. Ini bentuk tanggung jawab pemerintah,” kata Seno.
Sementara itu, Nuraini (27), salah satu korban selamat, masih trauma mengingat kejadian itu. Ia bersama keluarga kini mengungsi ke rumah kerabat di kawasan Bendungan, Lempake.
“Subuh itu hujan deras sekali. Saya terbangun karena dengar suara gemuruh, pas lihat keluar, rumah di depan saya sudah ambruk,” kata Nuraini dengan suara bergetar.
Ia mengaku tak ingin kembali ke lokasi tersebut karena takut kejadian serupa terulang. #
Reporter : Yani | Editor : Wong
Comments are closed.