BeritaKaltim.Co

Ada yang Disembunyikan Maxi ?

cover 377 maxiYa, sebaiknya polisi melakukan pemeriksaan kejiwaan terlebih dulu terhadap Maxi Risat, 49 tahun. Pria yang kini menghuni Hotel Prodeo Polres Kukar itu, untuk sementara, diduga sebagai pelaku tunggal pembunuhan terhadap Muniarti Jasmi.

Korban Muniarti Jasmi adalah anak pertama pasangan Jasmani Hasyim dan Hj Jum’ah (almh). Perempuan berhijab ini seorang Sarjana Kehutanan yang lahir di Muara Muntai 13 Maret 1975.

Suaminya Sapto Haryadi (41), pegawai Bankaltim tugas di Sanga Sanga. Dari perkawinan pasangan ini dianugerahi dua anak: Jasvira Avika Nabila (12) kelas 6 SD dan Hansa Avila Davina (6) masih TK.

Sejak 10 tahun terakhir Muniarti Jasmi berangkat kerja dari rumahnya Jalan Suryanata Komplek Graha Indah Blok AD Samarinda ke Tenggarong. Dari rumah ia mengendarai sepeda motor, tapi kemudian dititipkan di Jalan Suryanata dan biasanya bersama teman-temannya PNS Kukar berangkat bersama menumpang mobil rekannya.

Di catatan riwayat hidup Muniarti Jasmi tertera, tahun 2004-2006, ia menjadi tenaga tidak tetap daerah (T3D) Disperindagkop Kukar. Kemudian statusnya menjadi CPNS (Calon Pegawai Negeri Sipil) pada 1 Januari 2007.

Pada 1 April 2015 ia tercatat sebagai PNS Golongan IIIC dengan Jabatan JPU (Jabatan Fungsional Umum) Pengelola Data Usaha Industri di Disperindagkop Kukar. Kemudian setelah kematian sadis yang mengundang perhatian dan simpati banyak pihak, atasannya memberikan kenaikan pangkat Anumerta dengan pangkat Penata tingkat I Golongan III D, terhitung 1 Mei 2015.

Kenapa tersangka pelaku pembunuhan Maxi Risat perlu diperiksa kejiwaannya? Lantaran banyak keganjilan dalam riwayat kehidupan sehari-hari maupun dalam keterangannya kepada polisi.

Simak; misalnya Maxi mengatakan ia mencekik Muniarti dengan satu tangan kiri mencekik, karena tangan kananya menyetir mobil?

Kemudian terungkap pula kalau pria bertubuh tegap dan berambut cepak ini pernah 6 kali menikah. Kemudian ada data lainnya, ia pernah jadi PNS (Pegawai Negeri Sipil) di Dinas Pendidikan, dan kemudian meninggalkan begitu saja dan memilih jadi sopir mobil sewaan gelap.

Soal nikah 6 kali saja sudah sebuah kelangkaan. Apalagi ternyata ia masih mampu akur berkomunikasi dengan para mantan istrinya, walaupun statusnya bercerai.

Sampai akhir pekan tadi, ketika kisah pembunuhan ini ditulis, polisi belum bisa mendapat alasan pembunuhan itu. Warga Samarinda, Kukar dan sekitarnya seraya tidak percaya jika tak ada motif pembunuhan itu. Seperti kata Maxi kepada polisi; Saat menumpang mobilnya Muniarti tiba-tiba menjerit berteriak-teriak sehingga ia berusaha meredamnya.

Apa penyebab perempuan itu berteriak-teriak? Mengapa Muniarti seperti tidak punya tenaga untuk melawan jika mereka hanya berdua di mobil? Bukankah Maxi sedang menyetir mobil, sehingga sebenarnya tidak leluasa untuk berbuat kasar terhadap perempuan itu?

Ya, semua masih gelap. Semoga polisi mampu mengungkap agar kasus pembunuhan ini menjadi terang benderang. Tentu publik merasakan ada sesuatu yang disembunyikan Maxi di balik wajahnya yang kelihatan sendu. #

================================================================================================

Nafas Terakhir Muniarti Jasmi

LAPUT numpang-mobil-pns-cantik-diduga-dibunuhNasib tragis dialami Muniarti Jasmi, perempuan berusia 40 tahun yang tinggal di Jalan Graha Indah Blok AD Nomor 15 Kelurahan Air Putih Samarinda. Ia ditemukan di semak-semak Kilometer 10 Jalan Poros Jahab-Kota Bangun Kelurahan Loa Ipuh Darat Kecamatan Tenggarong, sudah tak bernyawa.

Peristiwa menghebohkan itu terjadi Sabtu 18 April 2015. Saat mayatnya ditemukan oleh warga Jahab bernama Rusni (50). Perempuan cantik ayang biasa dipanggil Atik ini masih mengenakan baju batik Korpri lengkap dengan sepatu kulit hitam.

Tak ada tanda-tanda legam tanda kekerasan di tubuhnya. Tidak terlihat juga adanya indikasi perempuan ini menjadi korban perkosaan. Memang, saat tergeletak beberapa kancing baju terbuka sehingga sebagian pakaian dalamnya terlihat. Tapi itu semua tak menunjukkan adanya kekerasan seksual dialaminya sebelum meninggal dunia.

Tuduhan sementara, perempuan ini menjadi korban perampokan. Karena ponsel serta kartu identitas sudah tak ada. Tapi anehnya, jam tangan bercorak emas di lengannya masih ada.

Belakangan terungkap, identitas perempuan yang telah menjadi mayat di belukar itu adalah Muniarti Jasmi. Ibu dua anak ini yang dikabarkan hilang sejak sehari sebelumnya, yakni Jumat (17/4/2015). Dia adalah seorang PNS (Pegawai Negeri Sipil) golongan III C di bagian staf usaha industri Disperindagkop Kutai Kartanegara.

Kesedihan tak hanya merundung keluarga korban. Tapi rekan-rekan kantornya tak dapat membendung air mata ketika mendengar kematian tragis sahabat mereka. Saat mayatnya berada di RSU Parikesit Tenggarong, tangisan mereka tumpah. Serasa tidak percaya orang dekat yang dikenal ramah dan diyakini tak punya musuh di kantor itu meninggalkan mereka begitu cepat.

Pesan terakhir hanya berupa pemberitahuan dari korban ketika ia berangkat kerja dari rumahnya di Samarinda. Pesan melalui BBM (Black Berry Massenger) dikirim korban kepada rekannya sekantor. Kalimat di BBM itu adalah pemberitahuan bahwa ia terlambat masuk ke kantor dan tidak bisa ikut apel pagi. Tapi posisinya dalam perjalanan ke Tenggarong, yakni sudah dekat Stadion Aji Imbut Tenggarong Seberang.

Rekan-rekannya di kantor tahu kalau Muniarti punya semangat kerja yang tinggi. Walaupun rumahnya di Samarinda, ia selalu berusaha untuk tidak telat masuk kantor. Jarang pula perempuan itu mengeluh. Sejak rntuhnya jembatan Kutai Kartanegara, Muniarti punya kebiasaan menumpang mobil ketika hendak berangkat ke kantor. Kadang menumpang mobil orang yang tidak dikenal.

Kebiasan Munairti, dari rumah ia mengendarai sepeda motor. Namun kemudian motor itu dititipkan disebuah tempat parkir yang juga bengkel. Banyak para pekerja tambang dan PNS lain yang tinggal di Samarinda menitipkan motornya di situ.

Kalau masih pagi, ia biasanya bergabung dengan teman-temannya sesame PNS yang tinggal di Samarinda menuju Tenggarong. Kadang ada juga kenalannya yang membawa mobil dan ia menumpang. Tapi sering pula jika tak kebagian tumpangan, ia naik mobil orang yang tak dikenalnya.

Sampai pada hari nahas pada Jumat (17/4/2015) itu. Rupanya Muniarti menumpang mobil yang disewa Maxi Risat. Entah bagaimana cerita di dalam mobil itu, ternyata itulah saat nafas terakhir Muniarti Jasmi. #le

==========================================================================================================

 

Olah TKP Mengarah ke Maxi

Olah TKP (Tempat Kejadian Perkara) yang dilakukan polisi tak menemukan jejak siapa pelaku pembunuh Muniarti Jasni, perempuan berusia 40 tahun yang dibuang menjadi mayat di semak-semak Kilometer 10 Jalan Poros Jahab-Kota Bangun Kelurahan Loa Ipuh Darat Kecamatan Tenggarong.

LAPUT tak-ikut-apel-pagi-muniarti-ditemukan-sudah-tak-bernyawa-di-semakPetugas polisi segera berdatangan ke lokasi pembuangan mayat yang ditemukan oleh Rusni (50) warga Jahab. Setelah meneliti dengan seksama, polisi tak menemukan tanda-tanda kekerasan. Hanya sedikit goresan luka di tangan dan sedikit darah di bibir perempuan yang belakangan diketahui sebagai PNS di Disperindagkop Kutai Kartanegara itu.

Data awal itu membuat polisi bergerak cepat. Dari baju yang dikenakan korban, akhirnya mudah terlacak identitas perempuan bernasib malang itu. Para PNS pun geger, setelah memastikan mayat yang ditemukan terbunuh adalah Muniarti Jasmi.

Kabar itu kemudian sampai kepada keluarga. Polisi yang bertekad untuk menemukan pelaku pembunuhan itu memulainya dengan cara menggali informasi dari rekan-rekan korban di kantor dan dari rumah korban.

Tambahan bukti yang merangkai cerita awal mulai terbuka ketika ada pesan BBM (Black Berry Massenger) Muniarti kepada rekannya, seharei sebelum kejadian. Pesan itu menjelaskan kalau Muniarti tidak bisa ikut apel karena terlambat masuk kantor. Dijelaskan juga posisinya ketika menulis BBM sudah di sekitar Stadion Aji Imbut Tenggarong Seberang.

Dari cerita rekan-rekan korban didapat info kalau Muniarti kadang menumpang mobil orang yang tidak dikenalnya. Polisi kemudian melacak mobil yang menyebrang menggunakan Ferry dari Tenggarong Seberang ke Tenggarong pada hari Jumat itu.

Kasus yang menarik perhatian itu tak hanya diselidiki jajaran Reskrim Polres Kukar, tetapi juga dari Polda Kaltim. Suami korban termasuk yang diminta keterangan. Juga tetangga dan tempat penitipan motor Muniarti saat berangkat kerja.

Dari penyelidikan intensif itu akhirnya polisi menemukan informasi bahwa ibu 2 anak itu menumpang mobil yang dikemudikan seorang pria yang tinggalnya di komplek dekat rumah korban juga, yakni di Perumahan Graha Indah Kelurahan Air Hitam Samarinda.

Penelusuran selama sepekan akhirnya menuntun polisi pada petunjuk Maxi Risat adalah pelakunya, Akhirnya Maxi ditangkap sepekan setelah kejadian, yakni selagi masih tidur di kamar kos istri tuanya di kamar kosnya di Jalan Strat 3 Gang Rimbawan Gunung Samarinda Baru, Balikpapan, Jumat (24/4/2015). #le

==============================================================================================

 

Mencekik Pakai Tangan Kiri

Hanya empat hari melakukan penyelidikan, polisi sudah mendapat petunjuk yang mengarahkan pelaku pembunuhan Muniarti Jasni adalah Maxi Risat, 49 tahun, tetangganya sendiri.

LAPUT -tampang-pembunuh-pns-cantik-kukarPerburuan terhadai Maxi Risat, 49 tahun, cukup menegangkan. Berselang 4 hari saja sejak ditemukannya mayat Muniarti Jasmi di semak belukar Kilometer 10 Jalan Poros Jahab-Kota Bangun Kelurahan Loa Ipuh Darat Kecamatan Tenggarong, polisi sudah megidentifikasi pelakunya.

Polres Kukar bersama dengan Reserse Polda Kaltim membekuk Maxi selagi tidur di kamar kos-kosan Jalan Strat 3 Gang Rimbawan Gunung Samarinda Baru, Balikpapan, Jumat (24/4/2015), pukul 08.00 pagi.

Polisi memastikan Maxi adalah tersangka pembunuh Muniarti Jasmi. “Tersangka masih tidur saat itu. Tidak ada perlawanan. Dia langsung menyerah,” kata Kepala Unit Jahtanras Polda, Komisaris Ikhsanuddin.

Polisi mengetahui, usai membunuh Maxi lari ke Balikpapan. Persembunyian Maxi tidak sulit diketahui i di Balikpapan. Letak kos-kosan itu di tengah Kota Balikpapan, agak menjorok ke dalam perkampungan, menjauh dari jalan raya, dan terhalang tumpukan besi tua.

Tiga hari tanpa jeda polisi mengintai persembunyian Maxi, sambil mencari informasi dari warga sekitar tempat tinggalnya. “Sembunyi di situ, tidak sulit diintai,” kata Iksanuddin.

Polisi memutuskan menangkap Maxi saat jam warga sibuk hendak bekerja dan anak-anak hendak sekolah. Penangkapan pun membuat heboh warga sekitar.

Polisi makin yakin jika MR adalah pelaku pembunuhan Muniarti yang akrab dipanggil Atik itu, lantaran di kos tersangka didapati barang-barang milik korban. Yakni handphone Samsung Galaxy S4 dan BlackBerry Q10.

Kepada penyidik, MR mengaku sebagai sopir taksi gelap. Sebelum berprofesi sebagai sopir taksi gelap, MR mengaku pernah bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di Dinas Pendidikan dan kemudian Kepala Seksi (Kasi) di Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman Kota Samarinda.

Maxi dikabarkan pernah nyaman di tempatnya bekerja. Hingga tidak masuk kerja tanpa keterangan selama 165 hari. Yang membuat dirinya diberhentikan secara tidak hormat. Namun kepada penyidik Maxi mengaku menikmati pekerjaan sebagai “sopir tembak” setelah dipecat dari PNS. Ia menjalani profesi ini sudah beberapa tahun belakangan, termasuk melayani pengantaran Murniati.

Maxi mengatakan tidak berniat membunuh Muniarti. Namun, terjadi percekcokan di dalam kabin mobil, yang membuat Muniarti berteriak-teriak. Karena teriakan itu Maxi spontan berbuat kasar dengan mencekik leher wanita itu dengan satu tangan, yakni tangan kiri. Sedangkan tangan kanannya tetap memegang stir.

Menyadari cekikan tangannya membuat Muniarti tak bergerak, Maxi membuang jasad perempuan itu ke semak-semak di seputaran Km 10. Maxi kemudian mengambil uang Rp250.000 dalam tas Muniarti, juga ponsel. #me

“Dia mengatakan, ketika perempuan ini teriak dihentikan dengan cara dicekik. Tangan kanan di setir, tangan kiri mencekik,” kata Kanit Jahtanras Polda Kaltim, Kompol Ikhsanuddin.

“Memang kalau dilihat dari body tersangka ini besar tubuhnya. Tetapi sebenarnya tidak masuk akal. Mosok tidak bisa melawan,” kata Ikhsanuddin. #

 

=====================================================================================================

 

“Waktu Saya Buang Dia Masih Mendengkur”

Maxi Risat, pria berusia 49 tahun mengaku pernah menjadi PNS di lingkungan Pemkot Samarinda. Dia diberhentikan dengan tidak hormat pada awal 2012.

LAPUT soal-pembunuhan-pns-kukar-polisi-temui-sejumlah-kejanggalanSejumlah fakta baru terungkap setelah Maxi Risat ditangkap polisi. Termasuk siapa Maxi yang menekuni pekerjaan ‘sopir tembak’ taksi gelap. Kepada petugas kepolisian dia menceritakan karena sering mangkir kerja sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil) Disdik Samarinda, ia dikeluarkan.

Dirinya sering mangkir dari tugas hingga puluhan hari, karena sakit hati dengan pimpinan Dinas Pendidikan (Disdik) Samarinda.

Maksi kala itu bertugas di Disdik sebagai kepala seksi. Namun, sebutnya, ketika kepala disdik berganti, posisi jabatannya yang disebut “basah” turut beralih kepada orang lain. Sejumlah proyek pun tidak lagi dia tangani.

“Saya dipindah-pindah tugas. Jadi saya malas kerja,” katanya. Sebelum dipecat, Maksi dimutasi ke Dinas Kebersihan dan Pertamanan serta Badan Penanggulangan Bencana Daerah Samarinda.

Kepala Disdik Samarinda Asli Nuryadin membenarkan Maksi pernah bertugas di Disdik. Menurutnya, tersangka dekat dengan seorang mantan Kepala Disdik Samarinda. Namun dirinya tak mengetahui pasti mengapa Maksi dipecat sebagai PNS.

Maksi juga dikenal mahir bermain bulu tangkis. Informasi lain menyebut Maksi hidup di dalam lilitan utang dan dicari banyak orang.

Dari penelusuran wartawan diketahui Maxi memiliki enam istri, empat dinikahi sah dan dua siri. Dari semuanya, Maksi memiliki tujuh anak.

Selepas dari PNS, Maksi mencari kerja serabutan yakni menjadi sopir taksi gelap. Tak memiliki mobil sendiri, dia sering menyewa mobil. Saat membawa Muniarti, Maxi membawa mobil Daihatsu Xenia sewaan berwarna silver.

Cerita Maxi, setelah menyebrang menggunakan perahu kayu ia mengarahkan mobilnya menuju kantor Bupati Kukar, karena sesuai perbincangan awal Muniarti ingin mengikuti apel pagi di sana. Tapi, begitu selepas turun dari perahu, Muniarti memerintahkan dirinya tidak jadi ke kantor bupati karena apel pagi sudah selesai.

Muniarti kemudian meminta diantarkan ke kantornya di Disperindagkop. Tapi, waktu itu Maxi mengaku melihat jam dan merasa belum telat sehingga mengatakan bahwa belum telat, Ia kemudian memacu mobilnya menuju Kantor Bupati.

Ketika itulah terjadi percekcokan yang membuat Muniarti teriak-teriak minta diturunkan. Cerita versi Maxi ia sempat kalut dan kemudian spontan berbuat kasar mencekik Muniarti.

Masih versi Maxi, ia kemudian kehilangan control dan panik. Setelah melihat Muniarti tak bergerak. Itu membuatnya membawa mobil terus melaju ke arah Desa Jonggon B Loa Kulu. Waktu itu Maxi melihat Muniarti belum meninggal dunia, karena masih terdengar dengkurannya. Bahkan ketika ia membuang tubuh perempuan itu masih didengarnya ada dengkuran. #me

=================================================================================================

 

-ANALISA-

Keterangan Maxi Risat Tidak Logis

laput ditangkap-pembunuh-pns-cantik-itu-minta-ampun Meski Maxi Risat ditangkap, tapi motif pembunuhan Muniarti Jasmin, pegawai Disperidagkop dan UMKM Kabupaten Kutai Kartanegara, 17 April 2015 lalu masih menyimpan misteri.

Dalam keterangan awal ke penyidik di Polres Kukar, Maxi Rizat mengaku perbuatannya itu tidak disengaja, niat awalnya hanya membekap mulut korban yang berteriak-teriak dan berupaya turun dari mobil yang dikemudikan Maxi Rizat.

Dalam kasus ini, polisi yang jadi penyidik jangan percaya begitu saja keterangan tersangka sebab, tidak logis, tidak bisa diterima akal sehat, dan satu sama lain tidak berkesesuain bahkan bisa jadi apa yang dilakukan tersangka adalah pembunuhan berencana, sebab:

  1. Maxi Risat sudah ada jam 06.55 Wita tanggal 17 April di Air Putih, tempat pegawai Kukar biasa menitipkan motor dan menunggu tumpangan ke Tenggarong.
  1. Jam 06.55 Wita itu terlalu pagi bagi orang seperti tersangka berurusan ke Tenggarong, apalagi pekerjaan tersangka juga tidak jelas.
  1. Sebelum korban dibunuh tanggal 17 April, tersangka sudah pernah dua kali memberikan tumpangan kepada korban.
  2. Pagi 17 April itu, mobil tersangka berangkat dari Air Putih sekitar jam 06.55 Wita dan baru sampai sekitar pukul 09.00 Wita, atau Air Putih-Tenggarong ditempuh dalam waktu 2 jam. Ini jelas janggal sebab, rata-rata jarak Air Putih-Tenggarong hanya perlu waktu 1 jam, sudah sampai. Sekarang selisih waktu 1 jam perlu diperdalam penyidik
  3. Tersangka memberi alasan korban diketahuinya meninggal setelah membekap mulut korban dalam perjalanan 500 meter karena berteriak-teriak ketika tidak diturunkan persimpangan Jalan Sudirman-KH Ahmad Muksin. Tidak mungkin orang dewasa meninggal kalau mulutnya dibekap hanya 5 menit, itu kalau jarak tempuh mobilnya perlu waktu 5 menit untuk 500 meter. Normalnya untuk menempuh jarak 500 meter, mobil hanya perlu waktu 2-3 menit.
  4. Tersangka mengaku membekap mulut korban dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanan masih mengemudikan mobil juga tidak bia diterima akal sehat, tidak logis sebab, tangan kiri tidaklah sekuat tangan kanan, kecuali orangnya memang kidal. Kalau mulut korban dibekap tersangka hanya pakai tangan kiri, korban masih mempunyai 2 tangan untuk mendorong tangan tersangka. Selain itu korban juga mempunyai gigi untuk menggigit tangan kiri tersangka.

Kalau melihat kronologis dan keterangan tersangka, ada ketidaksesuaian satu sama lain, seperti tersangka baru sampai di Tenggarong 2 jam setelah menaikkan korban di Air Putih, jelas terlalu lama, apa lagi pagi hari arus lalulintas lancar, hanya perlu waktu paling lama 45 menit.

Kemudian disebut korban sudah mati lemas setelah dibekapnya selama dalam perjalanan 500 meter. Kalau kecepatan kendaraan rata-rata 40 kilometer/jam, untuk 500 meter hanya perlu waktu 80 detik, sehingga orang dewasa tidak mungkin mati kalau hanya dibekap 80 detik, apa lagi kalau mulut dibekap, masih bisa bernapas pakai hidung.

Sangat tidak masuk akal pula, orang dewasa, meski itu perempuan tidak bisa dengan kedua tangannya menepis tangan kiri laki-laki yang orangnya tidak kidal.

Korban juga bisa menggigit tangan kiri tersangka. Seseorang selalu bereaksi tanpa sadar (reflek) menggigit tangan orang yang menutupi mulutnya.

Pembunuhan terjadi saat korban ketiga kalinya menumpang mobil tersangka, kedatangan mobil tersangka jam 06.55 Wita bisa jadi didasari pengalaman sebelumnya sebanyak dua kali.

Sehingga saya menduga apa yang dilakukan Maxi Rizat itu, bisa jadi atau patut diduga pembunuhan berencana. Korban sudah dibunuh 2 jam sebelumnya, atau masih dalam perjalanan Air Putih-Tenggarong.

Kalau korban masih hidup dalam perjalanan ke Tenggarong dan melihat tanda-tanda Maxi Rizat punya niat jahat, korban sebetulnya bisa meloloskan diri saat mobil di atas kapal penyeberangan Tenggarong Seberang-Tenggarong Kota, tapi karena korban sudah meninggal, tidak bisa lagi mencari pertolongan. #Intoniswan, wartawan utama

Leave A Reply

Your email address will not be published.