BeritaKaltim.Co

Kericuhan Warnai Aksi Unjuk Rasa Mahasiswa di DPRD Kaltim, Polisi Temukan Sajam dan Bom Molotov

BERITAKALTIM.CO – Suasana di depan Gedung DPRD Kalimantan Timur yang semula damai berubah menjadi mencekam pada hari ini ketika aksi unjuk rasa yang digelar oleh mahasiswa dari berbagai universitas di Samarinda berujung pada kericuhan. Unjuk rasa yang bertujuan menyampaikan aspirasi terkait kebijakan pemerintah daerah itu berubah menjadi chaos setelah perwakilan dari DPRD tidak kunjung menemui massa aksi yang telah berkumpul sejak siang hari.

Aksi unjuk rasa ini sejatinya berlangsung damai pada awalnya. Ribuan mahasiswa yang mengenakan almamater kampus mereka tampak bersemangat dalam menyampaikan tuntutan mereka di depan gedung wakil rakyat. Poster dan spanduk berisi berbagai tuntutan diangkat tinggi-tinggi, disertai dengan orasi yang bergema. Namun, suasana mulai memanas ketika waktu terus berjalan tanpa adanya tanda-tanda bahwa perwakilan DPRD akan menemui mereka.

Ketegangan mulai meningkat ketika massa aksi mencoba merusak pagar besi gedung DPRD dengan menggunakan tiang papan iklan yang telah dirobohkan sebelumnya. Aksi anarkis tidak berhenti di situ, peserta unjuk rasa kemudian mulai melempar botol air mineral, batu, dan tanah ke arah gedung DPRD. Tidak cukup dengan itu, mereka juga membakar spanduk dan ban bekas di depan gerbang utama, membuat situasi semakin tidak terkendali.

Puncak dari kericuhan ini terjadi sekitar pukul 17.00 WITA ketika Wakil Ketua DPRD Kaltim, Muhammad Samsun, akhirnya keluar dari gedung untuk menemui massa aksi. Alih-alih mereda, massa justru semakin berusaha merangsek masuk ke dalam gedung, berusaha meruntuhkan pagar besi yang menjadi penghalang mereka. Teriakan tuntutan dan protes dari mahasiswa menggema, menciptakan suasana yang semakin panas.

Sekitar pukul 18.00 WITA, situasi semakin sulit dikendalikan. Massa yang telah basah kuyup oleh semprotan air dari kendaraan taktis polisi tetap bertahan dan terus berusaha merobohkan pintu gerbang.

Pihak kepolisian, yang sejak awal berusaha menahan diri, akhirnya terpaksa melakukan tindakan lebih tegas untuk memukul mundur massa. Armada lapis baja dikerahkan untuk memecah barisan massa yang masih bertahan.

Kapolresta Samarinda, Kombes Pol Ary, dalam konferensi pers yang digelar beberapa jam setelah insiden tersebut, mengungkapkan bahwa pihak kepolisian menemukan senjata tajam (sajam) dan bom molotov di lokasi aksi.

“Sajam yang kami temukan diduga kuat milik salah satu pengunjuk rasa, ditemukan tidak jauh dari titik kericuhan terjadi,” ujarnya.

Kombes Pol Ary juga menyampaikan keprihatinannya atas insiden kekerasan yang melibatkan pengunjuk rasa.

“Salah satu anggota kami mengalami luka bakar di bagian mulut akibat terkena lemparan bom molotov, sementara anggota lainnya mengalami luka di bawah mata karena terkena lemparan batu,” tambahnya.

Pihak kepolisian menegaskan bahwa tindakan kekerasan dalam bentuk apapun tidak akan ditoleransi.

“Kami sangat menyayangkan aksi kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok pengunjuk rasa. Kami sudah memfasilitasi keinginan mereka, bahkan anggota dewan sudah turun menemui mereka. Namun, komitmen yang telah disepakati dilanggar, dan mereka justru merusak fasilitas serta melukai petugas,” lanjut Kapolresta.

Kericuhan akhirnya mulai mereda sekitar pukul 18.30 WITA setelah massa aksi digiring keluar menuju Jalan Tengkawang, di depan Kantor Dinas PUPR-PERA Kaltim. Namun, dampak dari insiden ini tidak hanya dirasakan oleh pihak kepolisian dan peserta aksi, tetapi juga oleh masyarakat umum. Arus lalu lintas di sekitar lokasi sempat terganggu selama beberapa jam akibat aksi tersebut.

Kapolresta Samarinda menegaskan bahwa pihak kepolisian akan menindaklanjuti temuan senjata tajam dan bom molotov yang ditemukan di lokasi aksi.

“Kami akan melakukan penyelidikan lebih lanjut terkait kepemilikan senjata tajam dan bom molotov yang ditemukan di lokasi. Kami juga mengimbau agar masyarakat, terutama para mahasiswa, menyampaikan aspirasi mereka dengan cara yang damai dan tertib. Keamanan seluruh warga merupakan prioritas utama bagi kami,” tegasnya.

Insiden ini menjadi sorotan publik dan menimbulkan pertanyaan besar terkait cara penyampaian aspirasi oleh mahasiswa yang seharusnya berlangsung damai namun berujung pada tindakan anarkis.

Apakah ada provokator yang sengaja memanfaatkan situasi, ataukah ini murni ledakan emosi akibat ketidakpuasan terhadap respon pemerintah? Pertanyaan-pertanyaan ini masih menggantung, menanti jawaban dari hasil investigasi yang dilakukan oleh pihak berwenang.

Samarinda, yang dikenal sebagai kota yang beradab dan patuh aturan, hari ini tercoreng oleh aksi unjuk rasa yang berakhir ricuh.

Pemerintah daerah dan masyarakat kini dihadapkan pada tantangan besar untuk memulihkan situasi dan memastikan bahwa kejadian serupa tidak terulang di masa depan. Sementara itu, para mahasiswa yang terlibat dalam aksi ini diharapkan dapat merefleksikan tindakan mereka dan menemukan cara yang lebih baik untuk menyampaikan aspirasi tanpa menimbulkan kerugian bagi banyak pihak. #

Reporter: Yani | Editor: Wong

Comments are closed.