SAMARINDA, BERITAKALTIM.com- Anggota DPRD Kaltim Zain Taufiq Nurrohman Education Centre merupakan hasil hearing antara Komisi IV DPRD Kaltim periode 2009-2014 dengan Dinas Pendidikan Provinsi Kaltim, di mana sebenarnya Education Centre tersebut lari dari konsep awalnya ide Komisi IV .
“Awalnya ide Komisi IV adalah Sains dan Teknologi, penekanannya pada sains-nya. Karena kebijakan Pemprov Kaltim 2014 komposisi antara SMA dengan SMK 40 banding 60,” ungkapnya.
Komposisi tersebut berdasarkan pertimbangan bahwa Kaltim adalah tujuan investasi, kebutuhan tenaga terampil tinggi. Diharapkan SMK bisa lebih diandalkan untuk memenuhi kebutuhan tenaga terampil.
Masalah yang dihadapi, SMK di Kaltim banyak yang belum memiliki fasilitas praktek yang memadai, seperti laboratorium, bengkel kerja dan fasilitas praktek lain. Oleh karena itulah muncul gagasan membangun Sains Centre yang kini berkembang menjadi Education Centre untuk bisa diakses semua SMK di Kaltim
Pada perkembangannya Diknas punya pemikiran lain dengan menggarap aspek Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga SMA/SMK. “Bagi saya selama tidak lari dari konteks awal tidak masalah, karena itu sebuah bentuk pengembangan yang bagus. Yang penting pemanfaatannya harus maksimal, kalau tidak maksimal akan kami evaluasi,” kata Zain.
Optimalisasi pemanfaatannya harus maksimal, malah politisi Partai Amanat Nasional ini mengapresiasi jika ada jadwal regular pemanfaatannya. “Jika pengaturan jadwalnya sampai kewalahan karena padat justru kami senang, berarti tujuannya tercapai. Fasilitasnya itu terbukti efektif dan bermanfaat,” tambah Zain.
Zain berharap semua fasilitas dan peralatan penunjangnya, bisa disiapkan oleh pemerintah. Sehingga tak membebani secara anggaran bagi sekolah yang ingin mengaksesnya. Apalagi sekolah yang berlokasi jauh dari lokasinya. ”Justru ini membuka pemikiran untuk membangun fasilitas serupa ditiap daerah yang disesuaikan dengan kebutuhan didaerah tersebut. Kualitas pendidikan kan harus merata, tinggal bagaimana komunikasi kabupaten/kota dengan pemerintah provinsi terkait lahan dan anggaran,” imbuhnya.
Zain juga menilai, untuk setiap perawatan dan pemeliharaan APBD bertanggung jawab membiayai. Sementara jika ada pungutan-pungutan harus dapat dipertanggung jawabkan. “Karena jika ada pungutan berarti ada pemasukan, dan itu harus menjadi pemasukan daerah yang didasari payung hukum. Namun kembali lagi, karena ini sarana pendidikan maka jangan ada pungutan. Berbeda dengan sifatnya ekonomis, bisa diberlakukan retribusi seperti parkir misalnya,” imbaunya.
Tak lupa, fasilitas itu harus menyesuaikan kemajuan teknologi dan tren pendidikan termasuk perubahan kurikulum. “Jika dibutuhkan harus dilaksanakan, saya fikir jika 20 persen diberlakukan Insya Allah bisa terpenuhi,” pungkasnya.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas Pendidikan Kaltim Musyahrim Kamis (16/10) di ruang kerjanya mengatakan bahwa Education Centre memang dibangun salah satunya untuk Siswa SMA dengan fasilitas laboratorium IPA, Fisika dan Kimia.
Bagi siswa SMK ia menyebutkan karena tidak semua sekolah kejuruan di Kaltim memiliki ruang Workshop untuk praktek, kedepan Education Centre ini beberapa diantaranya juga dirancang memiliki ruang pertemuan, ruang laboratorium juga ruang kelas dan ruang workshop. Pusat Edukasi yang beralamat dijalan PM Noor dengan luasan 5 Hektar ini dibiayai dari APBD senilai Rp 56.502.960 pada 2014 dan diusulkan lagi Rp Rp 25 miliar pada APBD 2015.Pembangunan yang dilakukan menurut Musyahrim telah melalui proses visibility, DED serta kajian mendalam bersama Tim Ahli yang beberapa diantaranya dari DPRD Kaltim.
“Diharapkan lewat fasilitas ini, jangan sampai ada siswa yang butuh praktek Kimia, tetapi pegang gelas prakteknya saja tidak pernah. Sekali waktu fasilitas bisa dimanfaatkan bagi yang tidak memiliki laboratorium maupun fasilitas praktek lain bagi siswa SMK, jadi tidak hanya teori harus praktek juga,”
Karena dibangun untuk dapat diakses bagi semua siswa se kabupaten/kota di Kaltim Education Centre sebaiknya dilengkapi asrama bagi siswa yang datang dari luar Samarinda. Musyahrim mencontohkan, jika misalnya ada siswa dari Kabupaten Paser yang ingin praktek industri maka tidak harus melalukan praktek di luar kota pada perusahaan di industri terkait. “Mereka bisa ke Education Centre saja, kita berikan pelayalan tersebut, termasuk pendidikan nonformal. Memang bertahap akan dilengkapi fasilitas untuk pusat kegiatan, pelatihan bersama, praktek bersama khususnya bagi siswa disekolah yang tak memiliki lab dan workshop. Education Centre juga sebagai area rekreasi edukasi,” urainya.
Musyahrim menerangkan bahwa ruang pengelola sudah dibangun pada tahun lalu, gedung pertemuan dengan kapasitas 3000 orang, laboratorium dan ruang kelas dan asrama. Education Centre juga dibangun untuk pemanfaatan kompetensi guru. “Sebab ada juga guru yang belum linier antara pendidikannya dengan program pengajarannya. Education ini bisa dimanfaatkan untuk wadah peningkatan kompetensi guru tersebut. Education centre juga akan bekerjasama dengan perguruan tinggi untuk pengelolaannya,” kata Musyahrim.
Ia juga menegaskan bahwa tidak ada pungutan nantinya.”Semua bahan akan disiapkan, seperti bahan untuk praktek kimia. Sisa pekerjaan untuk education centre adalah pengisian ruang seperti mebel dan alat-alat prakteknya dari dana yang sudah diusulkan pada PABD 2015, termasuk untuk fasilitas bagi Anak Usia Dini,” jelas Musyahrim. (adv/lia/dhi)