SAMARINDA, BERITAKALTIM.COM – Kendati kini harga cabe di pasar tradisional dan swalayan modern terus melonjak, tetapi tidak bagi warga Kelurahan Sungai Siring. Karena Sabtu (21/11/2015) lalu, para petani yang tergabung dalam kelompok tani bahagia melaksanakan panen raya cabai organik diluas lahan setengah hektar yang berada di kawasan kelurahan sungai Siring, kecamatan Samarinda Utara.
Trending
- BMKG catat 19 kali gempa susulan di Berau Kalimantan Timur
- Unjuk Rasa di Depan Kantor DPRD Kaltim Sempat Memanas, Massa Enggan Bubar Sampai Malam
- Pj Gubernur Kaltim Naik Heli Tinjau Banjir Mahulu, Pastikan Infrastruktur Masyarakat
- Banjir Mahakam Ulu, Pemkab Tetapkan Status Tanggap Darurat
- Bantuan Korban Banjir Mahakam Ulu Masih Tertahan di Kutai Barat
- Banjir Besar di Mahakam Ulu, Gubernur Akmal Malik Kerahkan Bantuan Darurat
- Jalan Trans Sulawesi lumpuh akibat luapan banjir
- Artis Epy Kusnandar ditangkap polisi akibat narkoba
- Gunung Semeru kembali erupsi dengan letusan setinggi 800 meter
- Prabowo dan Gibran Berangkat Dari Kartanegara Ke Gedung KPU
Warga Sungai Siring Ramai-Ramai Panen Cabe
Alhasil, warga sekitar serta pejabat yang berada di lingkungan Pemkot Samarinda dan perbankan yang ikut panen bersama petani sore itu bisa mendapat cabe dengan harga terjangkau.
“Kalau di pasar swalayan ibu-ibu bisa dapat dengan harga Rp 75 ribu perkilo, tapi di sini dengan cukup membayar Rp 20 ribu sudah bisa membawa satu kantong kresek plastik,” lontar Kepala Dinas pertanian, perkebunan dan kehutanan Samarinda Marwansyah.
Ia mengatakan pengembangan cabe sebenarnya sudah dilakukan sejak tiga tahun lalu di Samarinda. Sedangkan bagi kelompok tani di Kelurahan Sungai Siring pengembangannya dilakukan baru satu tahun terakhir ini dengan mengandeng Bank Indonesia.
“Alhamdulillah walaupun hampir setahun petani disini sudah melakukan panen sebanyak 17 kali dengan menghasilkan sebanyak 1 ton lebih cabe kriting,” ungkapnya.
Hingga dengan hasil tadi setidaknya bisa mendongkrak tingkat ekonomi petani. Jadi apabila ada petani yang masih mengaku miskin, maka kata Marwan dirinya memastikan petani tadi bukan berasal dari Samarinda.
Ia menjelaskan sebenarnya bukan hanya cabe yang menjadi tujuan utama, melainkan harapan juga tertuju pada tumbuhan bawang agar bisa dikembangkan di kota Tepian.
Tetapi karena melihat cabe hasilnya lebih menjanjikan bagi petani, maka hasil kesepakatan bersama Bank BI pihaknya lebih memfokuskan pada pengembangan cabai organik.
“Saat ini bersama BI kita telah kembangkan di tiga lokasi yakni di kalster cabai desa sungai siring, kelurahan lempake dan mugirejo,” sebutnya.
Dengan mengusung tema wujudkan pertanian terintegrasi produk ramah lingkungan dan mensejahterakan petani, panen raya waktu itu dihadiri Wali kota Samarinda Syaharie Jaang, ketua TP PKK Puji Setyowati serta istri para pegawai Bank di Samarinda.
Kepala Bank Indonesia Perwakilan Kaltim Kaltara Mawardi Ritongga menjelaskan kenapa pihaknya peduli terhadap pengembangan cabe di kota Tepian, karena menurutnya pemenuhan akan kebutuhan cabe sendiri di Kaltim masih rendah, bahkan dia sebutkan hanya mampu menyumbangkan 20 persen untuk kebutuhan warga, selebihnya didatangkan dari luar pulau Kaltim.
“Tentu dampaknya akan menjadi masalah bagi kita disini. Hingga akhirnya cabe menjadi penyumbang inflasi tertinggi di Samarinda,” kata Mawardi.
Jangan sampai gara-gara cabe dengan harga selangit tadi, celetuknya warga tidak bisa lagi makan yang pedas-pedas. Untuk itu, dengan program BI bersama Pemkot, Mawardi berharap setidaknya bisa menjadi motor penggerak bagi warga agar dapat memanfaatkan lahan diperkarangan rumah untuk menanam cabe. “Hingga potensinya bisa meningkatkan pendapatan ekonomi bagi warga itu sendiri,” ungkapnya mengahiri.
#HMS5
Prev Post
Next Post
Comments are closed.