TANJUNG SELOR, BERITAKALTIM.COM – Ratusan nelayan Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara (Kaltara), sudah tiga pecan ini tidak tidak turun kelaut menangkap ikan. Dan memilih untuk istirahat disertai membersihkan klotok.
Hal ini menyusul angin kencang diserta gelombang besar yng mencapai ketinggian dua hingga 3 meter. Para nelayan yang memilih tidak melakukan aktifitas turun ke laut ini seperti nelayan dari Tias, Mangkupadi, Kampung Baru, Tanah Kuning dan Sabanar Lama.
Tidak hanya nelayan yang kerja menangkap ikan ikut libur akibat gelombang besar. Mereka pencari kerang juga memilih meliburkan diri untuk menghindari cuaca buruk dan gelombang besar. Akibatnya, ikan laut dan kerang mulai sepi di pasar-pasar tradional di Tanjung Selor.
Ketua Rukun Tetangga (RT) 05 Tias, Desa Tanjung Buka, Nandar, mengatakan sejak gelobang besar nelayan di wilayah mereka istirahat. Karena itu, saat ini warga Tias lanjutnya tengah menghadapi musim paceklik. Pasalnya, sebagian besar warga Tias mayoritas berprofesi sebagai nelayan.
“Memang setiap bulan Februari sampai April, daerah kami nelayan istirahat karena gelombang besar akibat angin Utara,” katanya kepada beritakaltara.com, Senin (22/2/2019) di Tanjung Selor.
Hal senada diungkapkan oleh Sulaiman, nelayan Mangkupadi. Sejak memasuki musim gelombang besar, praktis nelayan di daerahnya istirahat total dan memilih mendok kapalnya.
“Di dok untuk menjalani perawatan. Karena musim-musim gelombang beginilah, kesempatan melakukan perawatan kapal termasuk alat-alat tangkap,” kata Sulaiman.
Sementara itu, Acong pegawai Dinas kelautan dan Perikanan Bulungan mengakui jika saat ini nelayan banyak yang istirahat lantaran gelombang besar. Setiap memasuki musim cuaca buruk, stok ikan laut juga berpengaruh besar bahkan harga ikan laut mengalami kenaikan tinggi.
Terkait penyediaan stok selama memasuki musim gelombang, pihaknya belum bisa berbuat banyak untuk mengatasi kelangkaan ikan ini. Sebab, untuk menyimpan stok selama musim gelombang dibutuhkan fasilitas yang memadai. Diantaranya penampungan jumlah besar dan pendinginnya.
“Yang begini belum bisa diatasi pemerintah daerah. Makanya, kalau musim gelombang, ya jalan apa adanya saja,” ujarnya.
Pada bagian lain, sejak ikan laut sepi di pasar, praktis harga telur, daging sapi maupun air tawar mengalami kenaikan. Untuk menekan laju kenaikan harga ini, menurut Acong, pihaknya tidak bisa melakukan pengendalian pasar. Sebab, urusan harga sudah masuk dalam bagian pihak instansi lain yakni Disperindagkop.
“Kami di Dinas Kelautan dan Perikanan tidak punya kewenangan melakukan intervensi pasar. Itu sudah ada dinas lain yang menangani,” kuncinya. #Ism
Comments are closed.