BeritaKaltim.Co

Barang Mahal Itu Bernama Sampah

bontang Sampah (1)BONTANG, BERITAKALTIM.com – Manusia adalah pembuat sampah. Tiap individu manusia dapat menghasilkan limbah organik maupun anorganik seberat 2,5 kilogram dalam sehari. Bagaimana jika dikali seluruh penduduk Kota Taman dan dalam kurun waktu setahun?

Analogi ini diungkapkan Hamzah, salahsatu pemerhati sekaligus praktisi lingkungan di Kelurahan Tanjung Laut. Di hadapan seluruh ketua RT, Hamzah mengungkapkan, selama ini manusia berusaha memerangi sampah hasil rumah tangga. Kebanyakan masyarakat hanya ingin sampah hilang dari hadapan mereka, ingin rumahnya bebas dari sampah, serta baunya yang menyengat. Tapi, upaya itu tanpa rasa ingintahu arus aliran sampah rumah tanggamenuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

“Asalkan rumah bersih dan nyaman ya sudah, selesai. Apakah mereka memikirkan alur perjalanan sampah ke TPA? Tidak sama sekali,” tegasnya.

Menurut Hamzah, dari data serta hasil penelitian laporan yang dia peroleh, TPA Bontang akan penuh pada 2020. Bagi Hamzah, itu adalah kurun waktu dekat, yakni hanya berselang lima tahun dari sekarang. Adalah pekerjaan rumah bagi individu masing-masing mengenai permasalahan sampah yang akrab dengan hidup tersebut.

“Sampah bukan lagi tanggung jawab bersama. Tetapi setiap individu. Kalau bisa timbul pertanyaan bagaimana kalau TPA penuh? Apa yang bisa kita lakukan?” tanyanya.

Untuk itu, Hamzah menekankan, sampah adalah kewajiban bagi setiap orang. Semua orang harus merubah mindset atau pemikiran bahwa sampah itu adalah musuh yang harus diberantas, dibuang, dan dibumi hangsukan. Lewat cara pandang baru, mengganti pikiran usang menjadi sebuah idialisme segar. Yaitu, sampah adalah barang mahal. Sampah merupakan rezeki yang disia-siakan secara langsung tanpa memanfaatkan dan memilahnya dulu.

“Bisa bernilai ekonomis. Lewat sampah bisa menghasilkan sesuatu. Masalahnya kebanyakan orang inginnya praktis. Berpikir ada sampah, ya langsung saja dibuang. Selesai begitu saja,” paparnya.

Ada dua alasan utama mengatakan sampah adalah barang mahal. Pertama, karena untuk mengolah sampah dari rumah warga hingga menuju ke TPA membutuhkan cost atau aliran dana anggaran besar dari Pemerintah Kota (Pemkot) Bontang untuk Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Petugas Memadamkan Kebakaran (DKP-PMK) Bontang. Yakni mencapai nominal triliunan dalam satu tahun. Kedua, karena potensi daur ulang sampah memiliki daya ekonomis tinggi bagi pengelolanya tersebut. Bahkan, ada beberapa warga Bontang berhasil meraup penghasilan sebagai jutawan lewat pekerjaan daur ulang sampah.

“Anggaran DKP untuk pembuangan sampah ke TPA bisa triliunan. Sementara jika diolah, sampah juga bisa meraup penghasilan sampai Rp 4 juta per bulan,” terangnya.

Hamzah menganjurkan. agar setiap individu harus sedikit ‘merepotkan diri,’ berakrab ria dengan sampah dan menganggap bahwa sampah adalah seorang teman dan mahal harganya. Sehingga mau menyaring sampah, tidak langsung serta merta membuangnya begitu saja. Hal tersebut sebagai salah satu dukungan agar sampah di TPA tidak penuh.

“Diuraikan dahulu. Baru kalau sudah benar-benar tidak bisa dimanfaatkan lagi, bersisa hanya ampas, silahkan di buang,” pungkasnya. #fs

Leave A Reply

Your email address will not be published.